
Contoh Kasus:
Sebuah tim desain lagi ngembangin aplikasi donasi
Mereka heavily relying on data dari survei pengguna yang menyebutkan bahwa fitur terpenting adalah proses donasi yang cepat dan mudah.Berdasarkan data ini, tim fokus pada posisi dan ukuran desain tombol donasi di halaman utama, dengan proses pembayaran yang super singkat.
Setelah aplikasi diluncurkan...
Donasi memang meningkat di awal, tapi angka retention dan engagement anjlok. Orang-orang hanya donasi sekali dan nggak pernah balik lagi.
Ternyata, hasil wawancara mendalam yang baru dilakukan belakangan menunjukkan bahwa pengguna sebenarnya ingin tahu lebih banyak tentang dampak donasi mereka. Mereka merasa kurang terhubung secara emosional dengan tujuan donasi, sehingga nggak ada dorongan buat terus mendukung.
Gagal menangkap apa yg terjadi.
Tim terlalu fokus pada data kuantitatif (jumlah klik, kecepatan proses), tanpa memahami konteks di balik perilaku pengguna.Mereka melewatkan intuisi untuk memahami kebutuhan emosional dan motivasi pengguna.
Desain pake Data itu penting, tapi gabisa jadi patokan utama.
Pelajaran:
Data memberikan arah, tapi nggak selalu mencakup keseluruhan cerita.
Dalam kasus ini, mengandalkan intuisi dan pengalaman desain bisa membantu tim untuk menciptakan fitur storytelling, laporan dampak donasi, atau notifikasi personal yang memperkuat hubungan emosional pengguna dengan aplikasi.
